I'm Upiee Fioritura Sakaaw (Luthfiatul Mufarrochah Ar-Rahman), I'm Not Special, I'm Just Limited Edition :)

Translate To :

Sabtu, 28 Mei 2011

Waktuku Untuk Kembali

Ditulis Oleh : Luthfiatul Mufarrochah Ar Rahman Jam 20.04 No comments



Sangat membingungkan bagiku, saat terbangun di tempat asing yang belum pernha ku temui di sini. dimana ini? seperti padang pasir dan tak ada kehidupan di dalamanya dan kalau pun ada kemungkinan mereka sudah mati duluan atau enggan untuk berlama – lama di tempat seperti ini. begitu juga denganku yang segera mencari tempat untuk berteduh. Panas matahari ini membutku mimisan dan seluruh tubuhku panas. Aku tak kuat lagi berjalan.
Aku terbangun dan tak berada di padang pasir yang gersang dan panas itu. Aku melihat diriku yang sudah berganti pakaian seperti orang – orang yang akan beribadah, dan ini bukan busana muslim, melainkan baju yang bisa di kenankan orang Kristen untuk ke gereja. Bagaimana bisa?. Aku bertanya pada diriku sendiri.
 “ kenapa kamu bengong di sini?, ayuk masuk “ ajak seorang ibu – ibu yang tak kukenali. Aku hanya  melihat dia yang  terus berjalan di depanku. “  malah bengong, ellisa ayu donk! “ pinta ibu itu dengan memanggil ku ellisa. Siapa lagi ellisa?, yang ku tahu namaku bukan ellisa tapi alisa. Ada apa ini?.
Ibu ini mengajakku untuk masuk di gereja, aku masih diam di depan pintu dan tidak ingin sekalipun aku ikut masuk dan mengikuti ibadah ini, aku ini islam tegasku pada diriku sendiri. Ibu itu memandang ku dan berjalan menuju arahku karna melihatku diam di depan pintu. Mama?. aku terkejut melihat ibu ini yang ternyata wajah dan postur tubuhnya mirip dengan mamaku, tapi?. “ ayok masuk, kog malah berdiri disini”.
Aku benar – benar tak mengerti apa yang sedang terjadi. “ saya tidak kenal anda” kataku lirih dengan terus menatapnya, dia sangat terkejut mendengar perkataanku. “ saya ini mama mu ellisa!” katanya dengan tegas. Dengan marah dia menarik tanganku untuk segera masuk ke gereja karena ibadah akan segera di mulai. Kalau dalam islam iqommah sudah di kumandangkan.
“ kamu bukan mama ku!. Dan saya bukan ellisa tapi alisa. Dan yang paling penting saya tidak beragama Kristen saya ini islam” kata ku dengan tegas dan menarik tangaku dari cengkramanya.
Beliau menarik nafas lalu menjawab pertanyaanku “ ellisa, apa kamu sudah tidak ingat dengan mamamu?” beliau balik bertanya dengan mimik memelas, aku benar – benar tidak bisa menjawab pertanyaan ini. Yang aku rasakan dia bukan mamaku. Tapi?. “ apa kamu sudah melupakan mama yang sudah melahirkan dan membesarkanmu elisa?” sambungnya lagi dengan nada menyakinkan ku. Bagaimana ini? tanyaku dalam hati. aku benar – benar tak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang. Aku melihat sekeliling berharap menemukan orang yang bisa membantu tapi sepertinya tidak ada orang di pihakku sekarang.
“ ayo kita masuk, doa akan segera di panjatkan, kamu gak maukan kita menghabiskan waktu untuk beribadah dengan berdebat gak jelas di sini, kita bisa lanjutkan nanti di rumah “ sambungnya dengan menarik tangan ku.
“ saya tidak beribadah di tempat seperti ini, ini bukan tempat saya, dan anda bukan mama saya “ kataku tegas dan segera pergi dari hadapannya. Tak ku hiraukan lagi panggilan ibu tidak jelas itu. Aku juga mendengar dia mengumpat yang entah apa itu tidak begitu jelas.
Aku terus berlari dan ingin segera keluar dari tempat ini. panas dan lelah mulai menyerang dan aku tak kuat lagi untuk berlari. Aku mulai yakin dia bukan mamaku. Mama bukan orang yang seperti itu, tidak mungkin mama melepaskan keislamanya dan pindah di tempat seperti ini.
Mimisan ini tak kunjung berhenti dari lubang hidungku, pusing mulai menyerang di kepalaku. Aku tak kuat lagi untuk menahannya, rasa ini begitu sakit, begitu sakit sampai tak kuasa aku untuk menangis. “ ya Allah…” kataku lirih. Tak kulihat ada cahaya di depanku semuanya gelap.
***
 Seseorang menyentuhku dengan lembut yang membuatku terbangun dari tidurku. Aku melihat sekelilingku tempat yang tidak asing lagi untuku, masih ku coba mengingat sedang di mana aku?. Ini kamar ku. kataku dengan tersenyum senang mendapati aku sudah berada di kamar dan di rumahku. Dan ada papa di sini.
“ mama di mana pa?, biasanya kan mama yang bangunin alisa” tanya ku saat aku tak mendapati mama ada di sini seperti biasanya.
“ sudahlah alisa, cepat bangun kita akan segera bertemu mamamu” jawab papa dengan lirih seperti akan menangis. Ada apa dengan mama? kenapa papa begitu sedih ketika aku mencari mama. aku segera mengikuti papa dan bersiap – siap.
Ternyata rumahku sudah banyak berubah. Aku melihat calender di ruang tamu. Hari apa ini? tanggal berapa ya sekarang? Pikirku, kenapa aku bisa tidak ingat ini hari apa dan tanggal berapa sekarang?. Pikiranku buyar ketika mendegar klakson dari mobil papa memintaku untuk segera.
Papa mengajakku untuk mengikuti upacar  ngaben. Siapa yang meninggal? Tanyaku, ah mungkin teman papa yang beragama hindu ada yang meninggal, walaupun berbeda agama kita juga harus menghormati. Mungkin itu yang dilakukan papa sekarang. Baru pertama kali ini aku mengikuti upacara pembakaran mayat.
Papa maju dengan membawa obor yang akan membakar gundukan kayu dengan orang yang telah meninggal di atasnya. Aku bisa melihat jelas siapa orang yang meninggal itu setelah berdesak – desakan mencari kelonggaran. Mama? aku mengejar papa yang hendak meletakkan obor apinya ke
 “ papa kita ini orang islam, kenapa mama di perlakukan seperti ini. Ini bukan adat agama kita pa “. “ sebaiknya kamu ikut dengan apa yang papa dan mama mu anut sayang, tinggalkan agama islam mu “ kata papa yang membuat ku terkejut,bagaimana mungkin papa bisa berkata seperti ini. aku hanya menggelengkan kepalaku untuk menolak ajakan papa dan air mata ini keluar. Aku menangis. “ papa dan mama mu sudah lama menganut hindu, sebaikanya kamu ikut dengan papa sayang “ lanjut papa dan masih terus mengajakku untuk meninggalkan ajaran agamaku.
Hati kecil ini berontak. Aku tak ingin ikut dengan papa, aku ingin tetap menjadi muslim “ maaf pa, aku tidak bisa “ jawabku lalu berlari meninggalkan upacara aku ingin tetap menjadi muslim walau pun aku harus tinggal sebantang kara di dunia ini. aku masih punya Tuhan yang memberiku kehidupan dan Dia tak mungkin menelantarkan hambanya.
Aku terus berlari menjauh berharap aku menemukan kebenaran dari semua ini. apa yang sedang terjadi padaku?. Aku terus berlari dan terus menangis. Aku bingung dengan semua ini. aku melihat sekelilingku, aku kembali di tempat pertama kali aku muncul. Padang pasir yang sangat luas dan tak ada kehidupan di sini. kenapa aku  bisa kembali di tempat ini?. aku menangkap sebuah bangunan di ujung yang sangat jauh dariku, tapi sangat jelas itu masjid. Bagaimana mungkin ada masjid di sini?. aku berlari untuk menghampiri. Tapi semakin aku berlari, masjid itu seakan bergerak menjauh dari ku.
Aku terus berlari ingin segera sampai, tapi entah mengapa jarak itu semakin jauh dan tak berujung. Aku terjatuh dan sangat lelah untuk berlari lagi. Bayangan mama muncul di depanku dengan menangis karna melihatku yang kasar padanya. Ingin rasanya menemukan mama di sini. minta maaf padanya. Mama!!
Aku membuka mataku dan mendapatkan diriku berada di tempat lain. Aku berada di sebuah koridor panjang dan aku menjumpai papa keluar dari kamar perawatan. Aku berjalan memanggil papa tapi entah mengapa suara ini tak kunjung kembali seperti semula. Hanya angin yang keluar dari mulut ini.
Aku melihat tubuhku sedang tak sadarkan diri dan hanya garis – garis tak berbentuk yang menandakan aku masih hidup. Mama terus menangis di sampingku dan berharap aku tak meninggalkannya. aku menangis dan ingin memeluk mama tapi entah mengapa aku tak bisa melakukannya hanya angin kosong yang aku dapat. Aku semakin menangis. “ mama alisa di sini ma! “ kataku yang entah siapa yang bisa mendengar, aku sendiri pun tak bisa mendengar suaraku sendiri. Aku benar – benar bisu.
Aku melihat tanganku yang seakan habis di terpa angin ada apa ini?. mama.. mama.. aku tahu waktu ku sudah habis dan tak bisa lagi aku kembali sepeti dulu. Teringat saat – saat seanang bersama papa dan mama dan apa kah sekarang aku harus pergi meninggalkan semua?. Aku terus menangis.
“sayang mama di sini, kamu yang kuat yaa! Mama sama papa enggak ingin kamu pergi sayang! “ kata mama ya membuatku terus menangis. aku lihat tubuhku yang tak berdaya menangis. Mama menggenggam tangaku dan aku bisa merasakannya hangatnya tangan mama. Mama memelukku dan akupun bisa merasakannya tapi entah mengapa raga ini tak ingin bersatu lagi dengan jasadku.
“alisa sayang mama, alisa juga sayang papa” kata dengan tragis.
Aku menemukan diriku berada di dalam masjid. Entah mengapa aku bisa berada di sini, sedangkan tadi aku tak bisa menemukan masjid ini. seseorang tersenyum padaku dan mengusap air mataku. Dan ku ingat dia kakek ku, aku tersenyum padanya.



BIODATA

JUDUL CERPEN      : WAKTUKU UNTUK KEMBALI
NAMA                        : LUTHFIATUL MUFARROCHAH AR
TTL                             : PEKANBARU, 26 NOVEMBER 1994
SEKOLAH                 : XI IPA 3 MAN TAMBAKBERAS
RIBATH                     : AL – LATHIFIYYAH II

0 komentar:

Posting Komentar

 

Anda berminat buat Buku Tamu seperti ini?
Klik di sini
[tutup]