I'm Upiee Fioritura Sakaaw (Luthfiatul Mufarrochah Ar-Rahman), I'm Not Special, I'm Just Limited Edition :)

  • Profil Band Ungu

    PashaVokalis Sigit Purnomo Syamsudin Said TTL: Donggala, 27 November 1979 E-mail: pasha@unguband.com Gabung dgn Ungu: November 1998 Sebelumnya: dengan band lain Alat musik: Drum, Bass, Rhytm Guitar Tinggi/berat badan: 173cm/60kg Musikus[...]

  • PPDB MAN Tambakberas 2011

    bagi para siswa - siswi yang ingin menlanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. tidak usah repot - repot pusing memilih sekolah. Di sini memang banyak banget sekolah yang bagus. Tapi jangan di anggap remeh sekolah - sekolah yang ada di lingkungan pesantren,[...]

  • Bukan Bersamamu Lagi

    Sekarang bukan bersamamu lagi aku menceritakan semua yang ku rasakan. Teteapi bersama orang lain yang tak pernah aku cintai dialam lahkah setiap hidupku. Dia begitu baik walau pun cinta ini tak tulus untuknya. Seperti saat ini, setelah beberapa hari berbaring[...]

  • Indonesiaku Negriku

    Hanya satu yang bisa artikan semangatku, AKU MENYAYANGIMU DAN TAK TAHU KENAPA !INI SEMUA TENTANG INDONESIAKU Merahmu kini pudar bak mawar layu Putihmu yang dulu suci kini sunyi sepi [...]

  • Merokok itu merugikan

    Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan. Di balik kegunaan atau manfaat rokok yang secuil itu terkandung bahaya yang sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang di sekitar perokok yang bukan perokok [...]

  • Menulis Cerpen

    Tips menulis cerpen Struktur Para penulis pemula seringkali disarankan untuk menggunakan pengandaian berikut ini ketika mulai menyusun cerpen mereka: Taruh seseorang di atas pohon. Lempari dia dengan batu. Buat dia turun. Kelihatannya aneh,,[...]

  • MAN Tambakberas

    Sekolahku MAN Tambakberas yang memiliki beribu banyak prestasi. MAN Tambakberas sekolah negeri yang berada di lingkungan pondok dan ikut dalam yayasan pondok pesantren Bahrul Ulum atau yang lebih dekal dengan Tambakberas yang berada di Kabupaten Jombang dan Kecamatan Jombang.[...]

  • Puisi Pengemis Tua

    siang inimatahari bersinar teriksetiap orang pergi menghindar dari panas terik kau pengemis tua tetap berjalan dengan tongkat mu mambantu kaki yang mulai lemah[...]

  • Dua Belas IPA Tiga

    kenang-kenangan terindah bersama teman-temanku, di putih abu abu di XII IPA 3. enggak lama lagi kita gak makek seragam putih abu-abu hikz. sukseess selalu Amiin[...]

  • Kosakata "Makanan" Bahasa Jepang

    No Bahasa Indonesia Romaji Hiragana/katakana 1. Air Mizu 水 2. Anggur Wain ワイン 3. Ayam Panggang Roosutokeiniku ロースと鶏肉 4. Biscuit Bisuketto [...]

  • Seni Musik

    Musik adalah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang. Definisi sejati tentang musik juga bermacam-macam:[...]

  • #

    #

Translate To :

Rabu, 15 Desember 2010

Mama

Ditulis Oleh : Luthfiatul Mufarrochah Ar Rahman Jam 22.10 No comments

“PLAK !!” sekarang yang ku lihat ibu menampar pipi kak Amira, kakak ku yang baru saja datang mendapatkan sambutan tamparan dari ibu bukan cium kasih sayang. Aku bingung dengan semua ini, kenapa ibu tiba – tiba marah pada kakak. Apa penyebabnya?. Begitu juga dengan kakak ku yang sepertinya bertanya – Tanya meminta jawaban pada semua orang yang ada di sekitar untuk member tahu apa kesalahanya. Tidak ada yang tahu. Apa salah kakak ku?.


Aku melihat kak Amira menangis dengan tatapan bingung, kak Amira meminta ibu untuk menjelaskan apa kesalah yang telah di perbuat sehinga membuat ibu begitu marahnya pada dirinya. Aku bahkan sangat ketakutan melihat ibu yang marah. Tak pernah aku melihat ibu seperti ini dan begitu marahnya pada kak Amira, dan saat ini aku tak mengenali ibuku sendiri. Beda dengan ibu yang selalu lembut dan tidak pernah marah sama sekali. Ibu juga menangis. Setelah kejadian itu keadaan rumah jadi sepi, terlihat ibu yang banyak melamun dan berdiam mengurung diri di kamarnya. Dan aku tidak melihat kak Amira lagi. Di mana dia?. Kalau bapak dia sejak aku ada di dunia ini aku tak tahu dia ada di mana. Ibu juga tak pernah bercerita tentang bapak.


Semua itu ku terjadi sepuluh tahun yang lalu saat aku masih duduk di kelas dua sekolah dasar. Dan masih teringat kejadian itu begitu nyata dan banyak pertanyaan yang ingin ku ajukan. Ada apa dengan semua ini?. Ibu yang terus diam bahkan beliau tidak pernah mengurusi dirinya sendiri juga diriku, ada bu de kakak ibu yang selalu membantu ku hingga sekarang aku sudah kelas 2 SMA. Keadaan ibu semakin parah bahkan seperti orang gila. Ibu sering melempar barang apa pun didekatnya yang merasa menggangu ketenagannya, bahkan aku yang menghampiri untuk sekedar ingin memeluknya dilempar gelas dan membuat luka di dahiku. Aku menangis melihat ibu seperti itu.


Tapi aku percaya ibu tidak gila. Dan akhirnya bude membawa ibu untuk di rawat di RSJ, walau pun hati kecil ini menolak karna aku yakin ibu tidak gila.Aku selalu memandang fofo kecilku masih bertiga dengan ibu dan kak Amira. Tapi sekrang aku tak tahu di mana kak Amira berada. Aku masih suka bertanya pada bu de tapi beliau hanya diam saja dan itu jawaban yang selalu beliau berikan saat aku bertanya akan hal itu. Selama aku tak tahu siapa bapak ku kadang terfikir kalau aku hanya anak angkat.


Tapi tidak lihat foto ini, senyum manis ibu banyak yang bilang sama dengan senyumku begitu juga dengan kak Amira. Ternyata benyak kesamaan di antara kta bertiga. Aku rindu kalian.Pernah suatu hari aku meminta untuk membawa ibu kembali pulang, kembali berkumpul bersama ku walau pun keadaan ibu yang membuatku ragu akan hal itu.


Sepulang sekolah seperti biasa aku mampir di tempat di mana ibu di rawat. Aku tak menyebutnya sebagai rumah sakit apa lah itu, karna aku yakin ibu ku tidak gila ibu ku soerang yang waras. Aku menolak pendapat orang – orang yang menyebut kalau ibu gila dan aku yakin beliau hanya sakit dan merindukan kak Amira. Setelah melewati pintu gerbang aku membalikkan badan selain niat ku kesini menjeguk ibu aku juga ingin pergi dari kota ini untuk mencari kakak ku . pernah suatu hari aku menguping pembicaran bu de tentang kak Amira. Dia ada di Jakarta sekarang.


Sering kali aku tanya pada bu de di mana kak Amira beliau hanya menjawab dengan senyuman yang tak tahu apa arti dari senyum itu atau hanya menjawab “buat apa kamu tahu?”. Begitu seterusnya sepertinya mereka juga tak inginkan kak Amira untuk datang berkumpul bersama mereka lagi. Dan mungkin mereka telah menghapus semua tentang kak Amira.


Aku sunguh berbalik tidak menjenguk ibu “suatu hari Alisa akan bawa kak Amira untuk ibu” kata ku dalam hati lalu berjalan keluar. Aku percaya ibu pasti ingin bertemu dengan kak Amira. Walau pun tidak tahu pasti kak Amira ada di kota besar dan kejam itu tapi entah mengapa aku yakin dengan hati kecil ku ini. Bissmillah.


***


Jakarta


Aku berhenti di sebuh terminal yang aku sendiri juga tidak tahu terminal apa ini dan di Jakarta mana aku berada sekarang. Yang ku tahu dari tukang kernet sekrang berada di terminal kampong rambutan Jakarta Timur. Hanya uang lima puluh ribu yang ku punya sekrang. Sebenarnya uang ini di kasih bu de untuk ditabung tapi aku enggan dan memakainya untuk mencari kak Amira. Aku memandang foto kak Amira yang tak lupa aku bawa dari rumah untuk sekedar menumbuhkan semangat ku dan terus mencari kak Amira.


Aku terus berjalan di trotoar mengikuti kata hati dan membiarkan kaki ku lelah dan mungkin akan membesar karna lelah berjalan. Seperti orang hilang tapi demi ibu aku akan menemukan kak Amira. “selalu positive thinking Alisa” kataku menenangkan kegelisahan ku. Aku tak berfikir orang yang di rumah pasti bingung mencari aku. Aku berjanji aku akan pulang setelah menemukan kak Amira.


Aku berhenti di bawah jalan tol untuk meluruskan kaki yang sudah lelah berjalan. Ku tegak minum yang sempat ku beli di pinggir jalan tadi. Aku bisa mengerti sekarang masih banyak orang yang susah di bandingkan dengan aku. Dan aku yang sudah begini masih saja suka mengeluh, aku terharu melihat mereka walau pun mereka tidak punya apa – apa baju yang mereka kenakan mungkin adalah baju satu – satu nya yang tersisa tapi mereka tetap tersenyum dan tidak tampak dari wajah mereka wajah yang sedih atau muram.


Aku memungut sebuah lembaran yang terlihat oleh indra penglihatan ku. Sesuatu yang membuatku bengong dan mungkin sedikit tidak percaya. Kak Amira terpampang di kertas itu dank u lihat itu sebuah promosi untuk konser music di salah satu club ternama di Jakarta.


Aku segera berlari dan masuk kedalam taxi yang juga berhenti dan sedang kosong dengan kertas yang aku bawa aku membri tahu pada pak supir ini alamat yang sedang aku tuju. Sepertinya supir taxi ini tidak percaya untuk membawa ku ke alamat yang aku berikan karna melihat ku menggunakan jilbab untuk menutupi rambutku. Aku pun hanya menganggung meyakinkan dan dia mau membawaku ke sana.


Aku tak peduli berapa uang ku sekarang yang terpenting aku bisa bertemu dengan kakak, dan aku melihat ke foto yang sedikit kotor terkena becekan dan tak salah lagi aku yakin ini kak Amira. Aku tak pernah lupa karna ada tai lalat di dagunya yang membuatnya semakin manis dengan kulitnya yang hitam manis. Aku selalu mengagumi kakak ku yang cantik dan pintar. Tapi entah mengapa ibu marah pada kak Amira dan membuatnya pergi dan berhenti sekolah.


“sudah sampai non”


Aku membrikan selembar uang lima puluh ribua pada pak supir itu. Karna memang itu satu – satu nya yang aku punya. Aku masih berharap ada kembalian unutk ku tapi taxi itu pergi dan sepeetinya uang nya kurang. Aku memandang gedung yang tak begitu besar tapi cukup menarik pengunjung. Mungkin sekedar penasaran ada apa di balik dinding itu dan mungkin jadi ketagihan.


“Ternyata benar ini tempatnya” gumamku sambil melihat alamat yang tertera di paling bawah tanpa rasa takut sedikit pun aku pun masuk. Dan kelihatannya pelanggan belum ada yang kesini untuk siang ini. tidak ada petugas yang menjaga pintu membuatku luluasa untuk masuk tanpa seijin.


“mas kenal orang ini tidak?” Tanya ku pada pelayan yang kutahu dari baju yang dikenakan itu cukup untuk menunjukakn identitasnya bahwa dia seorang pelayan dan juga yang sedang dia lakuakn mengelap meja.


“ooww dia Mira penyanyi di club ini” jawabnya lalu meneruskan pekerjaannya. Aku terheran dan sempat berfikir kalau aku salah orang ku lihat lagi gambar yang ada di poster dan tidak salah lagi ini kakak ku, tapi kenapa nama nya Mira?. Aku meminta untuk di panggilkan orang yang bernama Mira, walau sedikit enggan pelayan itu menuruti apa yang aku minta.


Tak berapa lama dia keluar dengan orang yang aku cari. Iya, itu benar kak Amira. Kak Amira sedikit bingung melihatku dan aku menjelaskan aku berfikir apakah kak Amira benar – benar lupa atau hanya pura – pura untuk menghindariku. “aku gak kenal sama loe, loe salah orang kali”. Katanya lalu pergi meninggalkanku.


“kak Amira!”, panggilku membuat lagkahnya berhenti walau tidak menoleh ke arahku. “kakak boleh lupa sama aku, tapi apa kakak lupa dengan ibu?, ibu sedang sakit kak dan yang hanya bisa menyembuhkan nya hanya orang yang selalu ibu tunggu untuk menghampirinya”. Aku berhenti untuk mengambil nafas yang mulai sesak karna air mata ini yang sangat deras mengalir. “ibu menunggu kakak”. Lanjutku lau tertunduk dan berlari keluar dari club itu. Tangisku tak kunjung berhenti.


“Alisa !!”.


Aku menoleh ke arah yang memangil namaku. Aku tersenyum padanya.


****


Yogyakarta


Aku membaea kak Amira di suatu tempat di mana ibu selama ini di rawat. Aku tak ingin keluarga ku yang lain kalau kak Amira ada di sini. Aku mulai bercerita tentang keadaan ibu yang lupa dengan ku dan selalu mengenaliku dengan sosok Amira, dan ketika ibu sadar aku bukan Kak Amira maka ibu akan memukulku sangat keras hingga membekas dan sakit.


“ibu” kata kak Amira saat memasuki kamar ibu dan memeluknya. Aku tahu walau pun kak Amira pernah marah sama ibu tapi aku yakin dari dasar hatinya kak Amira sangat merindukan ibu. Ibu juga begitu lihat saja wajah nya begitu ceria melihat kak Amira datang dan memelukanya. Aku mengusap air mataku dan melangkah pergi dari kamar ibu.


“Alisa !!, kamu mau kemana?” panggil suara yang sangat ku kenali. Suara ibu. “ibu tidak ingin dari kalian pergi meninggalkan ibu lagi, ibu kangen”. Lanjutnya yang ku sambut dengan pelukan dan air mata bahagia yang tak bisa lagi untuk ku bendung.





Luthfiatul Mufarrochah ar

 

Anda berminat buat Buku Tamu seperti ini?
Klik di sini
[tutup]